Selasa, 10 Februari 2009

Kalau Hanya Ada Satu Pemenang – Mengapa Kita Ikut Bertanding?

Salah satu alasan mengapa kita memiliki frase 'kalah sebelum bertanding' adalah karena pada kenyataannya begitu banyak orang yang enggan untuk ikut dalam pertandingan menyusuri hidup. Hanya karena mereka tahu bahwa mereka tidak akan pernah menjadi pemenang. Jika hidup kita adalah soal kalah dan menang, mungkin cara berpikir itu bisa diterapkan. Namun, pada kenyataannya hidup kita tidak selamanya tentang kalah dan menang. Memang, ada kalanya kita harus terlibat dalam permainan seperti itu. Jika kita tidak mengalahkan orang lain, maka orang lain akan mengalahkan kita; dan kita menjadi pecundang. Namun, sebagian besar kegiatan dalam hidup kita bukan soal itu. Melainkan soal; bagaimana kita menjalani hidup itu sendiri. Oleh karena itu, dalam banyak situasi; 'menjalani' hidup itu lebih penting daripada hasil akhirnya.

Anda tentu masih ingat sebuah kisah klasik tentang seorang lelaki lugu yang tengah duduk diteras sebuah kedai dipinggir jalan. Ketika mendekatkan cangkir kopi ke bibirnya, dia terperangah, karena tiba-biba saja ada segerombolan orang yang berlarian. Ia lalu bertanya kepada pelayan;"Kenapa sih orang-orang itu pada berlarian begitu?" Sang pelayan menjawab:"Ini perlombaan lari marathon, Tuan." Ia tersenyum dengan ramah, kemudian melanjutkan:"Pemenangnya akan mendapatkan sebuah piala." Katanya. Lalu lelaki itu berkata;"Kalau hanya pemenangnya yang mendapatkan piala, kenapa orang-orang yang lainnya juga pada ikut berlari…?"

Kemungkinan besar, didunia nyata tidak ada manusia yang cukup lugu untuk melakukan dialog seperti itu. Setidak-tidaknya dalam konteks 'lomba lari marathon'. Kita semua tahu bahwa pemenang lomba lari marathon hanya satu orang. Atau paling banyak 3 orang. Jika panitia berbaik hati menyediakan hadiah sampai juara harapan ketiga seperti ketika kita sekolah di TK dulu, maka jumlah pemenangnya paling banyak ada 6 orang. Tetapi, kita tidak cukup bodoh untuk mempertanyakan;"Mengapa ratusan orang lainnya ikut berlari juga?" Tetapi, mari cermati kehidupan sehari-hari kita. Secara tidak langsung kita sering mengajukan pertanyaan naif seperti itu. Kita begitu seringnya bertanya; kenapa orang kecil seperti kita mesti kerja habis-habisan? Paling hasilnya cuma segitu-gitu juga.

Ketika masih disekolah menengah dulu, saya beberapa kali mengikuti 10K Marathon Competition. Dalam perlombaan itu, selalu saja ada atlet profesional dari pelatda yang ikut serta. Tapi, jumlah mereka tidak banyak. Sedangkan, ratusan peserta lainnya adalah mereka yang paling banter hanya berolah raga seminggu sekali saja, termasuk saya dengan tubuh kerempeng dan napas yang pas-pasan ini. Bahkan ada juga peserta yang sudah lanjut usia. Nyaris tidak mungkin kami bisa menang. Kami semua mengetahui hal itu. Tapi, mengapa kami tetap ikut perlombaan itu? "Ya, kenapa Kakek mengikuti perlombaan ini?" Anda boleh bertanya begitu kepada si Kakek veteran perang kemerdekaan yang ngotot mau ikut perlombaan. Dan dia akan menjawab: "Kakek mah, yang penting sehat, cucu. Tidak apa-apa menang juga. Yang penting sehat…." Alah, yang penting sehat, kata si Kakek.

Kalau anda tanyakan itu kepada orang dewasa lainnya, mereka akan menjawab: "Demi kesehatan, Mas. Kita perlu berolah raga. Kalau menang syukur. Tidak juga yah, tidak apa-apalah. Yang penting sehat." Sedangkan, gadis-gadis remaja berusia belasan tahun akan menjawab:"Tau deh, Mas. Pokoknya seru ajjah. Bisa ketemuan sama teman-teman." Dan dari para lelaki kecil yang sedang puber seperti saya waktu itu, mungkin anda akan mendengar:"Asyik Mas. Banyak cewek kece yang ikutan…." Pendek kata, ada begitu banyak alasan mengapa orang ikut serta dalam perlombaan lari marathon itu; meskipun mereka tahu tidak akan menang. Dan diakhir pertandingan, kita selalu bisa menemukan senyum kepuasan disetiap wajah yang mengikuti perlombaan. Ketika sang atlet pelatnas naik pentas untuk menerima tabanas; setiap orang ikut merasa puas. Tidak ada iri dihati ini. Sebab, dari awal pun kita sudah tahu bahwa hadiah tabanas dan piala itu bukan untuk kita.

Kita mempunyai bagian masing-masing dalam perlombaan itu. Sang Kakek, mendapatkan kesempatan untuk berolah raga dengan gembira demi kesehatannya. Para pemuda senang dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya. Para remaja gembira karena bertemu dengan rekan-rekan seusianya. Sambil ngeceng satu sama lain. Dan tampaknya, semua orang mendapatkan kemenangannya masing-masing. Kecuali orang-orang yang memilih tidur dibawah selimut. Dan mereka yang hanya nongkrong dipinggir jalan yang dilewati para pelari.

Lomba lari marathon mungkin sudah bukan olah raga populer lagi dijaman ini. Tetapi, esensinya masih tetap ada hingga kini. Kehidupan kita, tidak ubahnya seperti perlombaan lari marathon itu. Ada sejumlah hadiah disediakan bagi mereka yang berkoneksi sangat kuat. Bermodal teramat besar. Dan berkedudukan begitu tinggi. Namun, jika saja orang-orang yang tidak memiliki semua keistimewaan itu memilih untuk berhenti sebelum bertanding; kehidupan kita mungkin akan berubah wajah. Menjadi sebuah ironi ketidakberdayaan. Untungnya, sebagian besar manusia sederhana yang kita lihat adalah orang-orang tangguh. Mereka adalah pejuang hebat yang tidak mudah menyerah. Tengoklah mereka yang tidak pernah lelah untuk terus merengkuh hidup. Mengagumkan sekali. Meskipun mereka tahu bahwa tidak mungkin untuk mendapatkan pendapatan sejumlah miliaran atau sekedar ratusan ribu rupiah saja; namun mereka tetap melangkah, ikut terlarut dalam geliat hidup. Mereka tidak hendak berhenti. Sebab, sekalipun tahu bahwa uang besar adalah jatah orang-orang besar, namun ikut terlibat dalam permainan keseharian adalah pilihan yang paling bijaksana.

Jika kita berkesempatan untuk menyasar ke pasar-pasar pada pukul dua pagi, kita akan menemukan orang-orang dari jenis ini. Tukang gorengan. Para penyapu jalan. Para petugas pembersih toilet digedung-gedung perkantoran. Para buruh tani. Ibu-ibu tukang cuci pakaian. Para hansip dan petugas keamanan. Para guru bantu disekolah-sekolah reyot . Aih, betapa banyaknya orang yang ikut dalam lari marathon kehidupan ini. Apakah mereka akan mendapatkan piala? Tidak. Lantas, mengapa mereka ikut berlari? Karena, mereka ingin mengajari kita tentang hidup. Mengajari kita? Ya. Mengajari kita. Karena kita yang lebih beruntung ini sering sekali menyia-nyiakan hidup. Kita terlampau mudah untuk berkeluh kesah. Ketika kita tahu akan kalah, kita langsung menyerah. "Untuk apa kita bekerja jika dibayar dengan upah murah? Cuma membuat kaya para pengusaha saja!" Begitu kita sering berkilah. "Ngapain susah-susah begitu jika hasilnya cuma segini?" Kemudian kita memilih untuk tidur lagi. "Kalau begini caranya, aku berhenti saja!" Lalu kita keluar dari arena. Malu kita oleh orang-orang sederhana itu.

Padahal, Ayah dan Ibu sudah menyekolahkan kita dengan bersusah payah. Mereka mengumpulkan rupiah, demi rupiah. Dengan terengah-engah. Supaya kita bisa kuliah. Setelah kita lulus sekolah? Kita menjadi orang-orang yang begitu mudahnya untuk menyerah kalah. Setiap kali dihadapkan pada jalan yang menanjak sedikit saja, kita sudah cepat merasa lelah. Ketika tersandung dengan kerikil kecil saja, kita sudah mengeluh seolah kehilangan kaki sebelah. Bukan peristiwanya yang menjadi musibah. Melainkan sikap kita untuk memilih menjadi manusia bermental lemah.

Malu kita oleh orang-orang sederhana itu. Meskipun mungkin mereka tidak sepintar kita. Tidak sekolah setinggi kita. Tidak berkulit semulus kita. Namun, semangat mereka dalam menjalani hidup, bukanlah tandingan bagi kita. Cobalah sesekali tengok garis-garis wajah mereka. Disana kita akan menemukan sebuah gambaran tentang hidup semacam apa yang mereka jalani setiap hari. Tidak lebih mudah dari kita. Sekalipun begitu; mereka enggan untuk berhenti. Mereka terus berlari. Untuk berlomba dalam marathon ini. Perlombaan yang hadiahnya mereka definisikan sendiri. Yaitu; menunaikan panggilan hidup. Dan, apakah sesungguhnya panggilan hidup itu? Untuk menjalani kehidupan itu sendiri. Dengan segenap bekal yang telah Tuhan berikan didalam diri kita masing-masing. Bersediakah kita mendayagunakannya?

READ MORE - Kalau Hanya Ada Satu Pemenang – Mengapa Kita Ikut Bertanding?

Tahu nggak ISTIMEWANYA wanita ?

Banyak wanita yang bilang bahwa susah menjadi wanita, lihat saja aturan-aturan dibawah ini :

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga dibanding lelaki.
2. Wanita perlu minta ijin dari suami apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.
4. Wanita menerima warisan lebih sedikit dari pada lelaki.
5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak
6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada istrinya.
7. Talak terletak di tangan suami dan bukan istri.
8. Wanita kurang nyaman dalam beribadat karena adanya masalah haid dan nifas.
9. dan lain-lain.

Tetapi… PERNAHKAH KITA LIHAT KENYATAANNYA ?

1. Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti itulah intan permata bandingannya dengan seorang wanita.

2. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat kepada Ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada Bapaknya ?

3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi tahukah bahwa harta itu akan menjadi miliknya dan tidak perlu diserahkan kepada suami? Sementara suami apabila menerima warisan ia wajib juga menggunakan hartanya untuk istri dan anak-anaknya ?

4. Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala mahluk, malaikat dan seluruh mahluk Allah dimuka bumi ini, dan tahukah jika ia meninggal karena melahirkan adalah syahid dan surga menantinya.
Diakherat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabk an terhadap 4 wanita, yaitu : Istrinya, Ibunya, Anak Perempuannya dan Saudara Perempuannya. Artinya , bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki, yaitu : suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.

5. Seorang Wanita boleh memasuki pintu Syurga melalui pintu mana saja yang disukainya cukup dengan 4 Syarat saja, yaitu : Sholat 5 waktu, Puasa di bulan Ramadhan, taat kepada Suaminya dan menjaga Kehormatannya.

6. Seorang lelaki wajib berjihad di jalan Allah, sementara bagi wanita jika taat kepada suami serta menunaikan tanggung jawabnya kepada ALLAH SWT, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad di jalan Allah tanpa perlu mengangkat senjata.

Masya ALLAH… ! demikian sayangnya ALLAH SWT kepada wanita…..

Yakinlah bahwa sebagai Zat yang Maha Pencipta sudah pasti ALLAH Maha Tahu akan segala yang diciptakan-Nya sehingga peraturan-Nya adalah yang terbaik bagi manusia.

READ MORE - Tahu nggak ISTIMEWANYA wanita ?

Bersyukur Adalah kekuatan dalam diri Anda

Apa yang anda raih sekarang adalah hasil dari usaha yang anda lakukan
terus-menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila
anda yakin pada tujuan dan jalan anda, maka anda harus memiliki
ketekunan untuk tetap berusaha. Ketekunan adalah kemampuan anda untuk
bertahan di tengah tekanan dan kesulitan. Anda harus tetap mengambil
langkah selanjutnya. Jangan hanya berhenti di

Langkah pertama. Memang semakin jauh anda berjalan, semakin banyak
rintangan yang menghadang. Bayangkan, Andai saja kemarin anda berhenti,
maka anda tidak berada di sini sekarang. Setiap langkah menaikkan nilai
diri Anda. Apapun yang anda lakukan, jangan sampai kehilangan ketekunan
anda. Karena ketekunan adalah daya tahan anda.

Pepatah mengatakan bahwa ribuan kilometer langkah dimulai dengan satu
langkah. Sebuah langkah besar sebenarnya terdiri dari banyak
langkah-langkah kecil.

Dan langkah pertama keberhasilan harus anda mulai dari rumah anda. Rumah
anda yang paling baik adalah hati Anda.

hati adalah sebaik-baiknya tempat untuk memulai dan untuk kembali.
Karena itu mulailah kemajuan anda dengan Hati & Pikiran dengan
usaha-usaha anda.

ketekunan hadir bila apa yang anda lakukan benar-benar berasal dari
HATI.

Bersyukur pada apa saja yang telah anda raih. Bersyukur menuntun anda
untuk senantiasa menyingkirkan sisi negatif dari hidup, menyalahkan
orang lain dan membenarkan apa yang Ada dalam diri Anda.

Bersyukur mendorong anda bergerak maju dengan penuh antusias. Tak ada
yang meringankan hidup selain sikap Bersyukur.

Semakin banyak anda bersykur semakin banyak anda menerima. Semakin
banyak anda mengingkari semakin berat beban yang anda rasakan dalam diri
anda.

Kebanyakan orang lebih terpaku kepada kegagalan orang, melihat kegagalan
orang lain lalu mengingkarinya. Sedikit sekali yang melihat pada
keberhasilan diri maupun keberhasilan orang lain,

Sepantasnya kita mensyukurinya.

Karena anda tidak pernah berhasil dengan menggerutu, menyalahkan orang
lain dam berkeluh kesah. Anda berhasil karena Anda berusaha.

Sedangkan keberhasilan dari Usaha yang anda lakukan jika anda berpikir
bosa dan melihat sisi POSITIF, dan hanya dengan Bersyukur sisi POSITIF
itu tampak dalam pandangan Anda.
READ MORE - Bersyukur Adalah kekuatan dalam diri Anda

40 Tips for a Better Life - 2009



1. Take a 10-30 minute walk every day. And while you walk, smile. It is the ultimate anti-depressant.
2. Sit in silence for at least 10 minutes each day.
3. Buy a DVR and tape your late night shows and get more sleep.
4. When you wake up in the morning complete the following statement, ' My > purpose is to _________ today. '
5. Live with the 3 E ' s -- Energy,
Enthusiasm, and Empathy.
6. Play more games and read more books than you did in 2008.
7. Make time to practice meditation and prayer. They provide us with daily fuel for our busy lives.
8. Spend time with people over the age of 70 and under the age of six.
9. Dream more while you are awake.
10. Eat more foods that grow on trees and plants. Eat less food that is manufactured in plants.
11. Drink green tea and plenty of water. Eat blueberries, wild Alaskan salmon, broccoli, almonds & walnuts.
12. Try to make at
least three people smile each day.
13. Clear clutter from your house, your car, your desk and let new and flowing energy into your life.
14. Don ' t waste your precious energy on gossip, or issues of the past, > negative thoughts or things you cannot control. Instead invest your energy in the positive present moment.
15. Realize that life is a school and you are here to learn. Problems are simply part of the curriculum that appear and fade away like algebra class but the lessons you learn will last a lifetime .
16. Eat breakfast like a king, lunch like a prince and dinner like a college kid with a maxed out charge card.
17. Smile and laugh more. It will keep the NEGATIVE BLUES away.
18. Life isn ' t fair, but it ' s still good.
19. Life is too short to waste time hating anyone.
20. Don ' t take yourself so seriously. No one else does.
21. You don ' t have to win every argument.
Agree to disagree.
22. Make peace with your past so it won ' t spoil the present.
23. Don ' t compare your life to others ' . You have no idea what their journey is all about.
24. No one is in charge of your happiness except you.
25. Frame every so-called disaster with these words: ' In five years, will this matter? '
26. Forgive everyone for everything.
27. What other people think of you is none of your business.
28. REMEMBER GOD heals everything.
29. However good or bad a situation is, it will change
30. Your job won ' t take care of you when you are sick. Your friends will.Stay in touch.
31. Get rid of anything that isn ' t useful, beautiful or joyful.
32. Envy is a waste of time. You already have all you need.
33. The best is yet to come.
34. No matter how you feel, get up, dress up and show up.
35. Do the right thing!
36. Call your family often. (Or email them to death!!!)
37. Each night before you go to bed complete the following statements: Iam thankful for ______. Today I accomplished _________.
38. Remember that you are too blessed to be stressed.
39. Enjoy the ride. Remember this is not Disney World and you certainly don ' t want a fast pass. You only have one ride through life so make the most of it and enjoy the ride.
40. Please Forward this to everyone you care about. I just did.
READ MORE - 40 Tips for a Better Life - 2009